"Air yang dari BPBD itu pasti air bersih dan bukan air yang diduga seperti di pemberitaan, yaitu tidak steril. Air itu juga bukan serta merta masuk ke mesin. Terlebih dahulu akan di filter atau disaring lagi hingga memenuhi standard dan layak untuk di pakai," ujarnya.
Begitu pun, dr Romi mengungkapkan belasungkawa atas meninggalnya korban. Sebab menurutnya, pelayanan yang diberikan terhadap pasien tersebut sudah maksimal.
Baca Juga:
Fotonya Dicutat, Kemas Herman Klarifikasi Soal Pemberitaan di Media Online
"Kami turut berbelasungkawa, semoga keluarga tabah dan ikhlas," tuturnya.
Sementara itu, penanggungjawab Hemodialisa di RSUD DR. Djoelham Binjai, dr Alfred Situmorang Sp. PD, saat disinggung tentang adanya tulisan "No Water" dalam proses cuci darah terhadap korban mengatakan, proses (cuci darah) tetap bisa dilakukan meskipun mengalami kekurangan air.
"Jadi fungsi air itu untuk menjaga kestabilan pasokan air yang masuk ke mesin. Dalam hal ini, kurang air yang dimaksud tidak secara spesifik ke mesin. Air pada tubuh pasien yang menjalani cuci darah ibarat pasien yang menjalani cuci darah dalam kondisi puasa," bebernya.
Baca Juga:
Dandim 0420/Sarko Sambut Kedatangan Danrem 042/Gapu Di Bumi Merangin
Disoal apakah darah akan dapat mengalami pembekuan karena kekurangan air saat dilakukan proses cuci darah, dokter spesialis penyakit dalam itu pun langsung menjawabnya.
"Memang darah yang dikeluarkan dari tubuh dan sifat darah memang akan membeku kalau keluar dari pembuluh darah. Namun dalam proses cuci darah, ada yang namanya Efalin yang berfungsi untuk mengencerkan darah yang keluar dari pembuluh darah. Jika ada trouble, maka akan ada SOP nya, biasanya HD itu kita hentikan dan darah akan balik lagi ke pasien dan itu merupakan standar operasi," urai dr Alfred.
Ditempat yang sama, kuasa hukum RSUD DR. Djoelham Binjai, Arif Budiman Simatupang, dalam penyampaiannya menegaskan jika kliennya sudah bekerja sesuai SOP.