Dia menekankan bahwa dia maju ke depan "dengan risiko pribadi yang besar", karena dia percaya "kita masih punya waktu untuk bertindak. Tapi kita harus bertindak sekarang."
Dokumen itu mengungkap bagaimana Facebook telah menyadari terjadi perdagangan manusia untuk pembantu rumah tangga lewat platform-nya sejak 2018.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Tuan Rumah, Ini Arti dan Makna Logo Resmi HPN 2025
Masalah ini semakin parah di 2019, sehingga membuat Apple akan memblokir Facebook dan Instagram dari App Store.
Usai ancaman itu, pegawai Facebook baru segera menurunkan konten bermasalah tersebut untuk menghindari masalah "besar" bagi bisnis perusahaan.
Dokumen itu juga mengungkap bagaimana karyawan Facebook juga disebut berulang kali telah memprotes perusahaan atas kegagalan mengekang penyebaran konten yang menghasut kekerasan di negara-negara "berisiko" seperti Ethiopia dan Amerika Serikat, seperti dilaporkan CNN.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Selain itu, meski Facebook mengetahui bagaimana gerakan untuk menerobos Gedung Putih diorganisasikan secara online, namun mereka tidak siap untuk menghentikan gerakan Stop the Steal itu.
Gerakan itu memang telah menggunakan platform Facebook untuk mengatur, dan menggerakkan pemberontakan, yang berujung kekerasan.[non]