WahanaNews-Langkat | PT PLN (Persero) mengatur tiga skenario dalam upaya melakukan transisi energi, yang salah satunya adalah beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan secara bertahap.
Hal itu disampaikan oleh Executive Vice President of Energy Transition and Sustainability PLN Kamia Handayani di Jakarta, pada Senin (22/5/2023).
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
“Untuk mengurangi emisi, PLN membangun skenario transisi energi tidak hanya fokus pada satu skenario tetapi kami membuka tiga skenario,” ujar Kamia Handayani.
Menurut Kamia, skenario pertama terkait dengan transisi menuju energi baru terbarukan (EBT). Meski demikian, PLN tidak akan langsung bertransisi dari energi fosil ke EBT secara menyeluruh, melainkan secara bertahap.
“PLN terus memantau perkembangan teknologi yang bisa diterapkan oleh perusahaan dalam upaya bertransisi energi,” ucap Kamia.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Skenario kedua, lanjut dia, terkait pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Di mana PLN memang berencana menutup PLTU, namun Kamia menggarisbawahi bahwa rencana tersebut tidak diterapkan ke seluruh PLTU milik PLN.
“Tidak semua PLTU kami pensiunkan. Ada yang kami pertahankan tetapi disertai dengan teknologi co-firing, amonia, CCUS (Carbon Capture Utilization and Storage), dan gas. Pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) juga tidak akan dipensiunkan seluruhnya, tetapi juga menerapkan co-firing dengan hidrogen,” jejelasnya.
Lebih jauh Kamia juga menyampaikan bahwa PLN lebih berfokus pada peralihan dari power generation menuju low carbon power dalam upaya bertransformasi ke energi hijau